Catatan Si Sulung

Kisah Persalinan

avatar_1444607508517

“Mari sejenak rehat, melihat sekeliling kita. Ada seseorang yang cintanya sepanjang masa, yang dahulu kala memperjuangkan kita bertaruh nyawa.”[saf]

Malam tadi, saya berkesempatan jaga malam dipuskesmas bersama bidan senior kami. Baru saja kami tiba dipuskesmas siang harinya, kami dipasrahi seorang pasien yang sejak paginya masih tinggal di ruang persalinan [atau biasa disebut ruang VK] karena pembukaan belum sempurna.

Sorenya, keadaan masih sama sampai larut malam. Lagi-lagi kami rela begadang. Saya paksakan tidur diatas meja diruang VK meski sesekali terbangun karena pasien yang sudah mulai mules-mules. Well, saya memang bukan bidan. Saya petugas laboratorium. Namun ketika jaga, kami dituntut saling kerjasama. Maka dari itu, ‘se-ngeri’ apapun yang akan terjadi diruang persalinan, saya harus membantu para bidan. Misal ambilkan peralatan ini itu, membedong bayi atau sekedar mencuci peralatan seusai persalinan.

Bicara soal membedong bayi, saya punya pengalaman agak memalukan tapi memang wajar sih haha. Bulan yang lalu, saya dengan bidan senior yang lain pun sedang membantu pasien di persalinan. Nah seusai bayi lahir, saya ditugasi membedong bayi. What the -___-“ agaknya saya takut kenapa-napa kalau bayi mungil itu saya pegang [takut salah pegang maksudnya], tapi berhubung learning by doing, saya pun memberanikan diri. Dan ternyata, nenek pasien itu agak panikan lalu berkata ke bidan senior:

“Mbak, kayaknya si mbaknya ini [yang dimaksud aku] gak bisa bedong deh. Coba mbaknya aja.”

Ulalaaa~ *tertohok*

“Sini fit, aku ajarin biar ntar bisa.” Bidan senior pun mengajari bagaimana membedong bayi dengan baik.

Haha, jadi flashback sewaktu adik-adik masih kecil dan hanya lihat mereka dibedong ibuk.

Kembali ke cerita. Persalinan semalam nyaris membuat saya berderai kalau saya tidak sempat menahannya. Padahal, sudah lumayan sering menyaksikan persalinan, tapi ada hal yang membuat saya haru :’)

Setelah pasien mules-mules dan mengejan tidak menemukan hasil, sekitar pukul 00.00 malam, kami membeli kopi untuk mengusir rasa kantuk. Dan ternyata, seusai kami minum kopi dan mendoan-tahu, pasien kembali mules-mules. Dan kami pun bersiap-siap. You know, perempuan itu kuat, hanya dengan tarikan nafas, ia mampu mendorong makhluk kecil itu untuk keluar dari rahimnya. Berkali-kali mengejan-tarik napas, meski sulit, ia terus mencoba bahkan sampai keringat mengalir di dahinya. Dan akhirnya, saya sengaja memalingkan muka karena tidak tahan dengan satu kengerian, Episiotomi.

Bunyi ‘kres-kres’ seperti menyayat ulu hati, lalu teriakan kesakitan terdengar. Kembali teringat hadist, Ibumu…ibumu…ibumu! Betapa ibu rela berjuang hidup dan matinya :’) Ya Allah sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami diwaktu kecil :’)

Dan kamu tahu, rasa haru yang menyergapku kembali? Teriakan takbir pasien bergema saat kepala bayi sudah sempurna terlihat,

Allaahu akbar… Allaahu akbar

Hanya dengan pertolongan Allaah, kami sanggup melewatinya :’) bayi lahir pukul 00.35 wib.

Lalu tangis bayi pun pecah, saya bopong bayi tersebut untuk di pakaikan baju. Kali ini yang membedong sang nenek 😀

Seusai itu, saya pun membantu bidan senior untuk memegangi senter. Bidan menjahit seusai di Episiotomi. Saya memegangi senter yang otomatis melihat langsung proses jahit menjahit. Berkali-kali mengeryitkan dahi menahan kengerian. Lagi-lagi, ibumu… ibumu… ibumu!!

Seusai persalinan, ternyata ada pasien persalinan lagi 😀 setelah diperiksa ternyata baru pembukaan satu hingga akhirnya pasien dibolehkan pulang dahulu agar tidak kelelahan menunggu. Lalu kami istirahat sejenak sekitar pukul 01.30 dini hari. Menjelang subuh ternyata ada pasien persalinan lagi yang baru. Selesai sholat shubuh lagi-lagi kami bersiap diri. Lagi-lagi pasien di Episiotomi, dan bayi lahir pukul 07.30 WIB. Kali ini saya yang belajar membedong bayi sendiri, ehehehe learning by doing itu manjur. Lumayanlah buat pemula macam saya 😛

Kesimpulan hari ini: Ibumu… ibumu… ibumu, kami pun berusaha mencintaimu sepanjang masa ibuk :’)

3 tanggapan untuk “Kisah Persalinan

Tinggalkan komentar